Keiretsu
Serupa Kompas yang memiliki sub
perusahaan berupa Penerbit Kompas, Kompas TV, Koran Kompas dan lain. Serupa Trans
yang memiliki sub industri: Trans TV, Trans 7, Transmart dan lain. Serupa unnes
yang memiliki Hotel UTC dan bangunan-bangunan yang akan jadi yang
akan menjadi pemasukanUnnes menuju Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTNBH).
Gampangnya, keiretsu itu semacam sistem perkongsian di
mana perusahaan memiliki kerjasama dengan beberapa perusahaan menjadi sebuah grup:
perusahaan induk dan sub perusahaannya.
Contoh konkret, seorang pedagang desa memiliki banyak
modal mendirikan usaha. Hingga didirikanlah pasar, toko bangunan, otomotif dan unit
usaha lain yang hanya dimiliki ia seorang.
Penggambaran saudagar tersebut
masih contoh kecil dari sistem keiretsu, khususnya keiretsu horizontal. Pada
keiretsu vertikal, seorang saudagar yang memiliki banyak modal
hanya akan mendirikan sebuah usaha dengan jenis yang sama: toko ban, mesin,
bengkel dan lain yang bila disimpulkan menjadi sebuah toko otomotif.
Kelebihan dari sistem keiretsu berupa satu arah tujuan,
tidak bercabang: kedaulatan perusahaan dan peningkatan pemasukan misal.
Sebab dari sekian banyak perusahaan itu: ban, mesin, dan injeksi,
kendali mutlak berada pada direktur utama perusahaan itu sendiri, yang bertujuan pada:
modernisasi otomotif missal.
Kelebihan lain semacam keuntungan-keuntungan perusahaan
yang berasal dari berbagai bidang, serta jaringan dan relasi perusahaan yang luas.
Di balik itu, kekurangan yang
muncul pada sistem ini ketika inovasi yang
dinilai klien atau karyawan perusahaan berbeda dengan apa yang diharapkan direktur.
Pada kondisi ini,
perbedaan visi perusahaan menjadi terhambat akibat terhenti pada ranah inovasi:
belum pada ranah produksi, distribusi produk dan evaluasi konsumen.
Meski masih memiliki beberapa kekurangan, sistem
keiretsu ini dinilai sangat membantu dalam pertumbuhan ekonomi di negara Jepang. Hampir semua perusahaan-perusahaan besar
di Jepang menggunakan sistem ini. Salah satu prinsip dalam sistem keiretsu ini adalah selalu mengutamakan
supply chain dari perusahaan yang terafiliasi. Sehingga,
operasi perusahaan tersebut berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jepang.
Contoh perusahaan yang menerapkan sistem Keiretsu
adalah Toyota Corp. Dalam sejarah Toyota Corp, terdapat cerita yang
sangat melegenda antara Toyota dan General Motor.
Pertengahan tahun 2009, perusahaan General Motor yang
merupakan salah satu market leader
dalam industri otomotif mengalami kesulitan keuangan dan hampir pailit. Padahal GM selama 77 tahun menjadi penguasa di bidang otomotif.
Peristiwa ini seolah menjadi bukti bahwa Toyota dalam sistem keiretsu nya lebih
baik dibanding GM.
Bukti lainnya yaitu hasil kinerja dari Toyota pada
kerjasamanya dengan GM, dimana toyota sepakat untuk mengelola fasilitas
industri General Motor di Freemont, California, yang telah tutup. Dari
kesepakatan tersebut, Toyota merombak banyak hal pada pabrik tersebut. Misalnya
dengan menerapkan pakaian seragam dan kafetaria bersama. Tujuannnya untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan dan menghilangkan kasta diantara karyawanya.
Toyota juga menerapkan prinsip dimana proses juga sama pentingnya dengan hasil, komunikasi yang bertumpu pada sistem yang terbuka, problem solving yang
mencerminkan nilai budaya, sehingga setiap masalah dicari sampai ke akar
akarnya.
Hasil dari tindaka Toyota tersebut, pabrik di Freemont
mampu meningkatkan produktifitasnya 60% diatas rata-rata pabrik GM lainnya.
Selain Toyota, masih banyak lagi perusahaan Jepang yang
menggunakan keiretsu. Melalui kesuksesan banyak perusahaan tersebut, Jepang
mampu meningkatkan perekonomiannya secara signifikan. Dan sampai saat ini
Keiretsu masih menjadi primadona dalam masyarakat Jepang.
Budiharjo, imam. 2013.Dari
Keiretsu ke Pertumbuhan Ekonomi.
dalam: http://tentangpekerjaan.blogspot.co.id/2013/12/dari-keiretsu-ke-pertumbuhan-ekonomi.html?m=1
www.jakartaconsulting.com. Diantara dua kubu. dalam: http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/business-transformation/diantara-dua-kubu